Keputusan “FINAL”

    Oleh M. Hafidz Fitratullah, Guru Sosiologi

“Tetapi sebagai khalifah aku bertanggung jawab atas akidah umat. Engkau adalah pahlawan perkasa yang tak dapat dikalahkan disetiap medan pertempuran. Tapi, akibatnya rakyat mulai menyanyikan lagu pujian untukmu, dan tidak lagi memuji dan memuja Allah semata. Aku khawatir mereka menjadi syirik. Sebagai penanggung jawab, aku harus membuktikan kepada seluruh umat, bahwa semata sebagai hamba Allah, aku mampu memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang yang masyhur,

            Kutipan diatas merupakan perkataan Khalifah Umar bin Al-Khattab saat memecat panglima perangnya. Dalam kitab Tarikh Khulafa karya Imam As-Suyuthi menjelaskan, tidak ada yang meragukan kecerdasan sahabat Nabi Muhammad SAW, Khalid bin Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum dalam strategi melakukan penaklukan sebuah wilayah. Khalifah Umar bin Al-Khattab mendaulatnya sebagai panglima perang, amanah yang juga dipegang saat kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Byzantium, Mesopotamia, Al Hirah, Imperium besar seperti Persia dan Romawi berhasil ditaklukan, sampai Rasulullah menjulukinya sebagai “Pedang Allah” pasukan dan kaum muslimin selalu menyambutnya dengan pesta gemilang, tapi tidak dengan Umar bin Al-Khattab. Dia membuat kaum muslimin terhenyak ketika tiba-tiba memecat panglima perang yang sangat hebat. Umar merupakan satu-satunya Khalifah yang berani mengambil keputusan memecat Panglimanya yang sangat hebat. Ini keputusan FINAL dari seorang Khalifah yang terkenal dengan ketegasannya.

            FINAL bukan berarti tergesa-gesa, apalagi tanpa upaya lain, tapi lebih kepada ketegasan. Sudah banyak dikisahkan kehebatan dan ketegasan Khalifah Umar bin Al-Khattab dalam memerintah. Bukan saja berlaku lurus bagi rakyatnya, tapi bahkan bagi pejabat dan keluarganya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tegas berarti sikap atau tindakan yang menunjukkan keputusan yang kuat, tidak mudah goyah, nyata dan tidak ragu-ragu. Mengutip pernyataan Prof. Baharuddin, dosen mata kuliah psikologi, saat saya semester IV, menjelaskan bahwa, tegas bisa membangun percaya diri (yakin dengan kemampuan dan potensi diri), meningkatkan kualitas hidup (merasa lebih puas dengan hidup karena, konsisten dan berkomitmen terhadap tujuan yang telah ditetapkan) dan Menciptakan lingkungan kerja yang terstruktur.

            Dalam Islam, ada perintah untuk tegas. Kita lihat misalnya, Yahudi bani Qainuqa’ dan bani Nadzir pernah diusir oleh Nabi Muhammad SAW dari Madinah. Gara-gara, mereka mengkhianati perjanjian. Bahkan, beberapa orang Yahudi dari bani Quraidzah dieksekusi karena ganasnya mereka memusuhi dan mengancam fisik para sahabat. (Sirah Ibn Hisyam jilid 3).

قَالَ حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الرَّازِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ الْفَضْلِ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ قَالَ حَدَّثَنِي سَعْدُ بْنُ طَارِقٍ الْأَشْجَعِيُّ وَهُوَ أَبُو مَالِكٍ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ نُعَيْمِ بْنِ مَسْعُودٍ الْأَشْجَعِيِّ عَنْ أَبِيهِ نُعَيْمٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ حِينَ قَرَأَ كِتَابَ مُسَيْلِمَةَ الْكَذَّابِ قَالَ لِلرَّسُولَيْنِ فَمَا تَقُولَانِ أَنْتُمَا قَالَا نَقُولُ كَمَا قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاللَّهِ لَوْلَا أَنَّ الرُّسُلَ لَا تُقْتَلُ لَضَرَبْتُ أَعْنَاقَكُمَا  

            Ayo, terapkan sikap tegas dalam hal apapun, supaya keputusan FINAL cepat diperoleh dan akhirnya mendapatkan kemampuan untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan keyakinan dengan cara yang tepat dan jujur. Sikap tegas dapat menjadi pilar utama dari sikap yang baik. Semoga disetiap keputusan FINAL kita mendapat ridho Allah SWT… Aamiin.

Wallahu A’lam bis Showab

Add your thoughts

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *