Oleh Hafidz*
وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا غَنِمْتُم مِّن شَىْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُۥ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ إِن كُنتُمْ ءَامَنتُم بِٱللَّهِ وَمَآ أَنزَلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا يَوْمَ ٱلْفُرْقَانِ يَوْمَ ٱلْتَقَى ٱلْجَمْعَانِ ۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Anfal ayat 41)
Ramadan 2 H, 624 M, dekat sebuah sumur milik Badar. Terjadi pertemuan dua pasukan besar yang saling bertempur, pertempuran ini dikenal dalam sejarah dengan perang Badar . (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah). Kenapa perang Badar diabadikan dalam Al-Qur’an serta disandingkan dengan Nuzul Al-Qur’an? Berikut alasannya yang bisa kita aktualisasikan pada kehidupan saat ini.
- Mulia dan Tercela
Para ulama’ memberikan gambaran, dalam perang Badar terdapat dua pasukan yang mewakili nilai-nilai mulia (Muslim) dan mewakili nilai-nilai tercela (kafir). Allah SWT seakan-akan ingin menampakkan kepada kita bahwa, dalam kehidupan akan selalu dihadapkan pada dua hal yang berbeda, yaitu baik dan buruk (At-Thabari, Tarikh Al-Umam wa Al-Muhik). Sudah lumrah, apabila kita dalam posisi baik atau melakukan kebaikan, maka bersiaplah pasti ada tantangan berupa keburukan untuk menguji kualitas kebaikan itu sendiri. Contoh; banyak kritikan yang membuat pembunuhan karakter bahkan sampai ada penghinaan. Melansir Psychology Today, orang yang suka mengkritik, mencari kesalahan orang lain dan sering menghina, itu tanda gangguan mental.
- Taqarrub Ilallah
Hari pertama puasa Ramadan, 2 H. Rasulullah SAW dan para sahabat dihadapkan dengan peperangan maha dahsyat, 313 pasukan muslim melawan 1000 pasukan kafir, mereka tetap semangat bahkan tidak bisa digoyahkan meskipun jumlah pasukan yang sedikit.
Rasulullah SAW harus mencontohkan dengan perang Badar, bertempur untuk mencari kebaikan dan semangat mendekat kepada Allah. Saat ini kita tidak berperang seperti di Palestina, sampai hari ini apakah masih semngat mendekat kepada Allah? Ayo jaga semangat dalam berpuasa, isi bulan Ramadan dengan amalan-amalan sunnah, seperti dahulu para sahabat semangat menjalani Badar.
Wallahu A’lam bis Showab
*Wakil Kepala Madrasah Bidang Humas