Oleh: Al Fajr alumni 2024
Di beberapa kesempatan, selama menjadi siswa Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Putri, sejak tahun pelajaran ’21-‘22 hingga ’23-‘24, banyak persoalan-persoalan yang sulit diselesaikan. Baik dari segi problem didalam kelas terkait mata pelajaran sampai di luar hal tersebut, seperti urusan organisasi atau masalah yang ada pada diri sendiri. Siswa yang terlalu berlarut-larut dalam masalahnya akan mengganggu terhadap KBM yang dilakukan setiap harinya. Untuk mengatasinya, di setiap lembaga pendidikan biasanya memfasilitasi suatu unit yang disebut Bimbingan Konseling (BK).
Begitupun di Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Putri, ada salah satu unit yang berada di bawah Kelola Wakil Kepala Madrasah bidang Kesiswaan yaitu Bimbingan Konseling (BK). Hakikatnya, unit tersebut menjadi tempat ternyaman untuk menemani perjalanan keluh kesah siswa. Namun, dari pengalaman penulis selama masa Aliyah, di kacamata siswa, BK justru seolah-olah menjadi ‘polisi dan hakim siswa’, artinya menjadi sosok yang ditakuti oleh siswa karena biasanya, anak-anak yang masuk BK berarti memiliki masalah dengan peraturan di madrasah. Hal ini juga diakui oleh siswa-siswa lain di masa sekarang.
Pada periode 2024-2025, BK berencana mengubah citra tentang ke-BK-an yang ‘salah’ seperti pernyataan sebelumnya. Ada tiga klasifikasi kelas yang khusus dikoordinir oleh masing-masing petugas BK di antaranya kelas X, XI, XII Peminatan matematika dan Ilmu Alam (Ibu muhsinah), Kelas X, XI, XII peminatan Ilmu-Ilmu Sosial 1 – 4 (Ibu Rojahatin), Kelas X, XI, XII Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial 5, Ilmu Bahasa dan Budaya 1 – 2, Peminatan Ilmu-Ilmu Keagamaan (Ibu Aditya). Umumnya, program kerja BK secara garis besar adalah mengadakan Bimbingan Pribadi, Bimbingan Belajar, Bimbingan Sosial, dan Bimbingan Karir.
Namun, sebagai permulaan, untuk mengubah image BK di hadapan siswa, ada satu program pribadi yang diselenggarakan oleh Ibu Rojahatin yaitu Profiling Siswa. Profiling Siswa merupakan kumpulan informasi mengenai karakteristik siswa yang digunakan untuk merencanakan pembelajaran, seperti latar belakang keluarga, status sosial, ekonomi, bahasa yang digunakan di rumah, dan struktur keluarga, kebutuhan khusus, seperti kebutuhan pendidikan khusus atau kebutuhan kesehatan.
Melewati beberapa tahapan seperti mencatat identitas siswa, perkembangan fisik, perkembangan psikologi, perkembangan kognitif, perkembangan kebahasaan, perkembangan Sosio-Emosional dan perkembangan moral. Pelaksanaannya dibantu oleh keamanan kelas, sebagian wali kelas dan pengurus HSP. Secara teknis, program ini diimplementasikan pada siswa kelas X dan XI dengan cara turun langsung pada setiap kelas, dalam kurun waktu 14 hari.
Profiling Siswa penting dilakukan untuk lebih mengenal siswa secara mendalam guna membantu siswa untuk menyelesaikan masalah di lingkup madrasah pada khususnya dan menghadapi masa depan dengan lebih siap. Hal ini, sangat membantu BK dalam mengimplementasikan program program kerja yang lain jika Profiling siswa sudah terlaksana karena Profiling siswa membantu dalam memberikan informasi pribadi sehingga para BK dapat memahami keadaan psikologis siswa MA 1 putri.
Selain itu, profiling siswa ini merupakan pendekatan yang kooperatif, yakni siswa secara tidak langsung diajak bekerja sama dalam melaksanakan program-program BK yang sudah tersedia karena judgment buruk terhadap BK sudah mulai berkurang, yang awalnya BK dianggap sumber ancaman bagi siswa namun saat ini BK menjadi tempat ternyaman untuk berkeluh kesah atas permasalahan yang dihadapi siswa, begitu pula BK memberikan sesi konseling terhadap siswa yang berkaitan dengan prestasi, karir, kuliah dan lain sebagainya karena BK memposisikan sebagai “teman dan sahabat” siswa MA 1 putri.
Namun, BK hanya sebagai pendamping dalam memecahkan masalah siswa, ia hanya memberikan beberapa solusi terkait problem yang dihadapi akan tetapi problem solvingnya adalah tanggung jawab siswa secara pribadi, yang artinya BK hanya memberikan arahan dan tuntunan kepada siswa namun tidak sampai ikut membantu turun secara langsung terhadap permasalahan siswa karena hal tersebut akan membuat siswa tidak bertanggung jawab dalam menghadapi masalahnya sendiri.
Sehingga, BK MA 1 Annuqayah Putri muncul dengan wajah baru melalui program yang fokus “memahami” bukan “menghakimi” karena seharusnya BK adalah sebuah tempat yang aman dan nyaman bagi siswa sebab sebagai orang yang di dalamnya memahami ilmu psikologis tidak akan gampang langsung menghakimi, konselor (BK) akan senantiasa mencari, bertanya dan memahami secara mendalam terkait permasalahan yang ada.