Oleh; Nihalun Nada
Tidak hanya negara Indonesia yang dijajah, banyak negara-negara lain yang juga dijajah, seperti negara Malaysia, Singapura, Korea Selatan, India, Swiss, Pakistan dan lain sebagainya. Negara-negara bekas jajahan tersebut, tentunya sudah melalui masa-masa yang cukup sulit hingga porak poranda. Akan tetapi, tentunya sebuah negara tidak hanya melulu menatap hal-hal yang telah berlalu, semua negara ingin menjadi negara yang maju, yang bisa mensejahterkan penduduknya. Oleh karena itu, bukan hanya Indonesia, semua negara bekas jajahan terus menatap kedepan untuk kemajuannya.
Indonesia pernah dijajah Jepang selama 3,5 tahun dan dijajah oleh Belanda selama 142 tahun. Adapun negara lain yang pernah dijajah sepeti Malaysia dijajah oleh Ingris, Belanda dan Jepang selama 446 tahun lamanya. Sigapura pernah dijajah oleh Portugis dan juga Belanda. Korea pernah dijajah oleh Jepang, Srilanka pernah dijajah oleh portugis dan dijajah oleh beberapa negara lain hingga 443 tahun, Filipina dijajah hingga 256 tahun lamanya.
Semua negara-negara tersebut bangun dari mimpi buruk dan bangkit kembali. Akan tetapi, herannya, ketika negara-negara tersebut merdeka, mengapa seakan-akan Indonesia masih tertinggal di belakang? Perekenomian antara Malaysia, Korea Selatan, hingga Singapura dengan Indonesia sangat jauh. Jika di lihat, Indonesia meredeka pada 17 Agustus 1945, Singapura merdeka tanggal 1965, Malaysia merdeka tanggal 31 Agustus 1957, Korea Selatan merdeka tanggal 15 Agustus 1945. Pertanyannya, kenapa kemerekaan dengan jarak yang tidak begitu jauh itu, tidak menjadi alasan rendahnya perekonomian di Indonesia? Anehnya, Jepang yang pada saat Indonesia Merdeka, ia masih Porak poranda gara-gara perang dunia ke dua, Hirosima dan Nagasaki, kota terbesar Jepang dibom atom. Dari mana logikanya? Di satu sisi, ada sebuah negara yang sedang hancur, di sisi lain ada negara yang baru saja Merdeka. Lalu, 79 tahun kemudian, yang hancur menjadi negara maju, yang Merdeka masih menjadi Negara yang berkembang.
Ya, beberapa kemuajuan Indonesia sudah terlihat, dengan adanya program Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), adanya Pembangunan MRT dan LRT di Jakarta, Gerakan Nasional 1000 Startup digital, Program Peremajaan Sawit rakyat, Program mina padi serta Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Bebeapa pencapaian tersebut merupakan Langkah nyata pemerintah dalam mewujudkan Indonesia emas 2045. Namun, apakah pencapaian ini harus diapresiasi dan dibanggakan? Tentunya perlu ditinjau ulang, sejauh mana pemerintah bergerak? Sejauh mana persiapan ini sudah berlangsung dan terealisasi?
Nyatanya, dalam kualitas Pendidikan, banyak fasilitas, kurikulum dan penelitian perguruan tinggi di Indonesia yang masih belum mencapai standar Internasional. Banyaknya siswa yang putus sekolah. Dalam hal infrastuktur, tidak semua tol dan Pembangunan jalan selesai, penyediaan air bersih dan sanitasi belum merata. Kemudian dalam hal peningkatan ekonomi digital, tentu belum merata, akses internet saja belum rata, serta banyak Masyarakat yang masih awam terhadap literasi digital. Lalu jika dilihat dalam Pembangunan energi terbarukan jelas masih terbatas jika dibandingkan dengan potensi yang ada di Indonesia. Kemudian pemerintah masih tidak mengupayakan pengurangan emisi karbon di lingkungan Perindustrian. Mau ditinjau dari mananya? Kalau Indonesia memang sudah siap?
Dari segi pertanian yang memang banyak masyrakat yang berprofesi sebagai petani? Masih banyak, petani dan nelayan yang belum menggunakan teknologi modern. Mau dikatakan Indonesia akan maju? Ya, sepertinya harus di-aminkan saja dulu.
Lagi pula, Indonesia yang sudah se berkembang ini, salah satu faktornya adalah karena adanya UMKM. Akan tetapi tetap saja, pembiayaan terhadap UMKM dari pemerintah tidak merata, nyaris tidak ada. Untuk meningkatkan pemngembangan pasar ekspor saja masih sulit. Bagaimana mau go Internasional? Sudahlah, jika pemerintahannya masih kotor, masih banyak yang korupsi, mau berkonsep apapun pemerintah kalau hanya sebatas konsep ya, Indonesia emas itu halusinasi. Perencanaan pemerintah terlalu ambisius, implementasinya nol. Jika hanya pemerintah yang ingin, dan tak ada partisipasi dari Masyarakat, buat apa?
Jika pemeritah tidak berkomitmen, tidak ada partisipasi dari masyrakat, tidak ada dana, tidak ada pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, tidak ada pemberantasan korupsi, dan tidak adanya kualitas Pendidikan yang bagus, maka Indonesia benar-benar kehilangan peluang dan potensi besar. Indonesia bisa, seperti negara-negara lain. Tapi juga harus ada usaha lebih yang harus dipertaruhkan. Namun apakah yakin? Apakah Indonesia punya nyali yang cukup besar untuk mewujudkannya?