Menyalami Uluran Tangan Sekolah

Semua orang akan mengamini pernyataan Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Ketika penulisnya terus dikenang, tentu berbagai bidang disiplin ilmunya akan terus “dipinang” oleh generasi selanjutnya.

Kegiatan menulis sangatlah penting. Dapat dibayangkan seandainya tak ada yang menulis berbagai disiplin ilmu, semuanya akan bak dongeng yang tak jelas atau terputus sumbernya. Dengan adanya tulisan, semuanya bisa jelas dan dapat dikaji ulang sehingga bisa berkembang dan bahkan melahirkan cabang-cabang ilmu baru.

Kalaupun semua orang mengamini terhadap pentingnya menulis, namun tidak sedikit yang tidak mau ketika diajak atau disuruh menulis. Bila diberi tugas menulis, maka akan bersungut-sungut. Terlebih ketika berkaitan dengan tugas akhir, seperti tugas membuat paper di Madrasah Aliyah (MA) 1 Annuqayah Putri. Tugas menulis paper amsal sesuatu yang sangat menakutkan.

Banyak siswa yang pikirannya terganggu jauh sebelum waktu membuat paper. Demikian merupakan hal wajar. Yang tidak wajar apabila tidak merasa takut menjadi orang yang tidak tahu dan berkembang. Sebab, perasaan “takut tidak tahu” akan menjadi senjata untuk membunuh berbagai perasaan lain yang tidak menunjang terhadap peningkatan kualitas keilmuan.

Apabila takut tidak tahu, maka harus berani diterpa perasaan bingung, lelah, dan bosan. Bukan sebaliknya, menghindar atau lari karena takut bingung dan lelah. Tiada kesuksesan tanpa pengorbanan. Dari berbagai pengorbanan, yang paling penting adalah berkorban melawan kemalasan.

Tidak selamanya yang pahit adalah racun. Mungkin saja itu jamu yang menyehatkan. Maka, salah apabila mengatakan racun bagi setiap yang pahit. Sama pula dengan diberi tugas menulis, kalaupun terasa pahit, itu bukan bentuk kesengajaan untuk menyulitkan, tetapi uluran tangan sekolah untuk kepentingan masa depan siswa.

Paper merupakan bekal untuk menjadi pintar, sebab sejatinya tugas itu mengajak agar menulis dan berpikir ilmiah. Bukan sekadar wacana dan teori, tetapi data dan fakta termasuk bagian penting yang akan diracik menjadi karya tulis.

Selain itu, paper merupakan bekal ketika sudah jadi mahasiswa kelak. Setelah menjadi mahasiswa, tidak akan pernah lepas dari tugas menulis, akan selalu berhadapan dengan makalah, dan terakhir ialah skripsi, tesis, dan desertasi di samping memang penting bagi mahasiswa untuk dapat mencurahkan pemikirannya dalam bentuk tulisan.

Siswa MA 1 Annuqayah Putri diproyeksikan ke arah itu oleh sekolah. Minimal mentalnya, agar nanti tidak takut lagi seperti saat hendak menghadapi tugas paper. Apabila mentalnya siap sejak awal, maka ia pasti akhirnya akan merasa mudah menyelesaikan tugas makalah, skripsi, dan seterusnya.

Karena itu, selayaknya siswa menyalami uluran tangan sekolah dengan hati terbuka. Paper diselesaikan dengan sungguh-sungguh. Bukan asal-asalan, apalagi dibiarkan. Mungkin bagi sebagian siswa tampak sulit. Tetapi, kadang kala sesuatu tampak sulit karena masih belum dilalui. Ketika sudah dilalui, akan terasa mudah, terlebih ketika bertemu lagi dengan sesuatu yang sama.

Yang jelas, paper sama dengan tangga pertama. Tanpa tangga pertama, akan semakin menyulitkan untuk sampai ke tangga-tangga berikutnya. Puncaknya ialah agar semua yang pernah mengenyam dunia pendidikan formal dapat berkarya dalam bentuk tulisan, hingga akhirnya dapat membandingi Pramoedya Ananta Toer, abadi dengan karyanya.

Add your thoughts

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *