Pemantapan Keaswajaan dan Keannuqayahan Hari Kedua: Ahlus Sunnah Wal Jamaah sebagai Dasar Pemahaman

Annuqayah –Kegiatan Pemantapan Keaswajaan dan Keannuqayah hari kedua di sesi pertama (21/05), dimulai pada pukul 08.35 WIB, dengan moderator Bapak Moh. Hafidz Fitratullah, M. Pd. (Waka. Bag. Humas) dan untuk penyaji masih sama dengan penyaji kemarin, yaitu Dr. K. H. Ach. Maimun, M. Ag. Tema pemantapan hari ini, juga masih seputar keaswajaan, Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Dasar-dasar Pemahaman). Namun, untuk peserta yang hadir berbeda yakni terdiri dari siswa kelas akhir peminatan MIA, IBB, dan IIK.

Seperti apapun titik persamaannya, tetap terdapat value yang berbeda. Begitulah hasil yang diperoleh selama mengikuti penyajian tersebut. Pembahasan penyaji tentu tidak keluar dari titik fokus materi yang sudah dijelaskan; apa itu Aswaja, sejak kapan kemunculannya, langkah-langkah mengikuti prinsip Aswaja, sampai kepada  bagaimana menjadi Aswaja. Bagi penyaji, alasan terbesar mengapa perlu untuk diadakan pemantapan keaswajaan, karena saat ini sudah banyak kelompok-kelompok yang mengajak untuk kembali ke Al-Quran dan Hadis, tidak perlu lagi mengikuti ulama, para imam mazhab, jadi semacam aksi pemurnian. Sedangkan kondisi tersebut sama sekali tidak mencerminkan prinsip Aswaja. Oleh karena itu, kegiatan pemantapan ini penting untuk diadakan, sebagai alarm dan bekal bagi siswa kelas akhir.

Menarik untuk dibahas, salah satu pemaparan penyaji di bagian bagaimana menjadi Aswaja? Menjadi Aswaja yakni dengan memahami Al-Quran dan Hadis serta ajaran sahabat dengan baik dan benar tentu perlu mengikuti penjelasan ulama. Sebab, apabila menggunakan pemahaman sendiri dengan melihat nash secara langsung, akan ada problem kebahasaan antar nash disebabkan pengalaman interaksi yang jauh berbeda, dan hal tersebut berlaku hanya bagi ulama di level mujtahid. Lalu penjelasan para mujtahid tersebut, diuraikan oleh ulama mazhab. Jadi mengikuti Nabi saw. berarti bermazhab kepada pimpinan mazhab dan ulama mazhab. Analogi rentetan “anak tangga sederhana” yang penting untuk diketahui adalah sebagai berikut, Rasulullah (urutan teratas) – Sahabat – Tabi’in – Imam Mazhab – Ulama Mazhab – Ulama Pesantren – Masyarakat Awam (urutan terbawah). Sebagai Masyarakat Awam dalam mencari pemahaman belajarnya dari Ulama Pesantren, yang pemahaman Ulama Pesantren itu terhubung pada Ulama Mazhab, demikian seterusnya sampai terhubung kepada Rasulullah. Rentetan tersebut menjadi tangga pemahaman guna menjaga prinsip keaswajaan para siswa.(IR_H)

Add your thoughts

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *