Pemantapan Keaswajaan dan Keannuqayahan Kelas Akhir Hari Kedua: Upaya Meneladani Patron Kiyai Annuqayah

Annuqayah –Sesi kedua pada Pemantapan Keaswajaan dan Keannuqayahan hari ini (21/05), berlangsung pada pukul 11.05 WIB. Penyajian tersebut diisi oleh Drs. K. H. Muhammad Muhsin Amir dengan moderator Bapak Moh. Nur Musthofa. Pada pemantapan kali ini, masih mengangkat tema yang sama seperti hari kemarin, yaitu Tauhid Annuqayah. Namun, dalam pemaparannya, K. Muhsin memfokuskan pada pembahasan seputar keannuqayahan. Walau demikian, poin-poin mengenai akidah Aswaja tetap beliau singgung agar pemahaman siswa tidak melompat-lompat.

Dalam pemaparannya mengenai Aswaja, usai memberikan arti kata “ahlu”yaitu sekelompok orang, penyaji memberikan penekanan dalam pemilihan kata “sunnah” yang tidak menggunakan kata “hadis”, hal tersebut disebabkan konteks cakupan pada kata “sunnah” jauh lebih umum daripada “hadis” yang hanya berkonotasi pada aqwaal Nabi saw. saja. Lalu pada kata “Al-jamaah” berarti kesepakatan para sahabat Nabi (Khulafa’ ar-Rasyidiin). Sehingga tiga arti tersebut dapat dipahami bahwa Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jamaah) merupakan sekelompok orang yang mengikuti ketetapan Nabi saw. dan para sahabat-sahabatnya.

 Pemaparan selanjutnya beralih pada keannuqayahan, yang dalam kesempatan kali ini, penyaji menitikberatkan pada kiprah kiyai di Annuqayah dari generasi ke generasi. Pertama, penyaji menyebutkan bahwa generasi pertama di Annuqayah adalah K. H. Muhammad Assyarqawi. Beliau mengembara ilmu di berbagai pesantren di Pontianak, Malaysia, Pattani (Thailand Selatan), lalu Makkah. Pengembaraan tersebut ada yang mengatakan selama 14 tahun ada juga yang 13 tahun. Kedua, disebutkan oleh penyaji bahwa K. H. Moh. Ilyas merupakan generasi kedua di Annuqayah, yang menjadi penerus dalam kepemimpinan pesantren. Pada masa Kiyai Ilyas inilah, Annuqayah mengalami banyak perkembangan, semisal dengan adanya pola pendekatan masyarakat, sistem pendidikan dan pola hubungan dengan birokrasi pemerintahan. Perkembangan lainnya, adalah pada saat K. H. Abdullah Sajjad, saudara beliau, membuka pesantren sendiri di atas tanah waqof dari seseorang yang bernama Latee (saat ini dikenal dengan PP Annuqayah daerah Latee). Ketiga, penyaji meneyebut K. H. Moh. Amir sebagai generasi ketiga guna meneruskan pesantren Annuqayah. Bentuk kepemimpinannya bersifat kolektif, yang terdiri dari para kiyai sepuh generasi ketiga yang diketuai oleh K. H. Moh. Amir, kemudian digantikan oleh K. H. Ahmad Basyir AS., lalu saat ini dilanjutkan oleh K. H. Abd. Muqsith Idris.(IR_H)

Add your thoughts

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *